Sabtu, November 13, 2010

Tolong Rumah Saya Banjirr



Kawasan rumah disekitar Duwaiqoh (baca: duwai'ah) dipoto dari atas bis 45 :p

Bel berbunyi beberapa kali, panjang dan lama, tak seperti kebanyakan teman-teman kami yang bertamu kerumah. suara bel yang serupa suara burung itu menggema seantero isi rumah, menggelegar menusuknusuk gendang telinga. terlebih saat itu jarum jam masih menunjukkan pukul 5 pagi, tepat setelah aba-aba shalat subuh berhenti, Iqomah.


Suara tuit tuit panjang yang diterima sinyal langsung masuk ketelinga, memaksa turn on otak lalu membuka jendela mata. dan benar saja, ternyata ibu-ibu tetangga bawah sedang membangunkan kita. bukan untuk jama'ah Shalat Subuh, tapi lebih dari itu dia bilang "Omahmu bocor Le!! Omahku kebocoran!!" jika diterjemahkan dengan bahasa yang mudah dipahami kira-kira seperti itu. kontan saja si Thole yang membuka pintu langsung mengecek kamar mandi dan dapur, seraya memohon maaf atas kekhilafan penduduk rumah kami. lalu Ibu Ibrahim kembali turun menuju kediamannya dengan mata yang masih kantuk dan sedikit mangkel.

Di pagi buta itu kami 'terpaksa' harus olahraga, mengepel, menyerap air yang membanjiri ruangan dapur kami. setelah diselidiki, ternyata semalam, sewaktu air mati, ada kawan kami yang lupa menutup kembali kran, sementara saluran westafel macet karena tersumbat sisa nasi. dan setelah air kembali mengalir otomatis luber keluar westafel dan sudah bisa ditebak, BANJIIIIIIIIR....
begitulah air ditempat kami jika malam hari, biasanya air mati meski hanya beberapa saat. itupun disaat kita tak lagi membutuhkan air, menjelang subuh dan setelah adzan subuh kembali hidup. tapi tidak untuk hari itu, dimana air mati lama sebelum subuh, dan baru mengalir sebelum adzan subuh. tak bisa ditebak, seperti cinta (lho?).

Ini bukan pertama kalinya rumah bawah kami kebocoran karena kecerobohan anggota rumah kami, dulu bahkan lebih parah, karena kami baru terbangun pada waktu yang sudah tidak lagi buta, pukul 8 pagi kami digedor oleh anaknya Pak Ibrahim, Hanny namanya. dan saat itu banjir lebih parah sampai ke ruang tv rumah kami.

Sistem rumahrumah penduduk di Mesir yang bertumpuk-tumpuk seperti 'gudang kardus' memiliki banyak kelemahan, terlebih rumah-rumah yang kami tempati rumah yang sudah ber-umur puluhan tahun yang memiliki bangunan yang tak lagi rapat, sedikit rapuh, dan bocor. meski banyak juga rumah baru yang juga bocor.
kebanyakan yang bocor adalah sekitar kamarmandi yaeyalah maaass, masak kamar tidur bocorr?!, padahal kamarmandi itu sudah melalui beberapa proses, termasuk di-aspal dan lain sebagainya. tapi tetep saja kadang bocor.

Dan tragedi banjir seperti ini membuat saya semakin pekewuh, rikuh, dan ra penak kepada keluarga Pak Ibrahim yang baik hati, terlebih ibu Ibrahim yang selalu terlihat kalem kemana-mana komatkamit melafadzkan dzikir. maafkan kami, yang terlalu ceroboh ini.
smoga kedepan tak ada lagi yang membuat 'kisruh' hubungan silaturrahmi ini.

4 Komentar:

Anonim mengatakan...

kwkwkwkwkwkwk....untung pas aku absen dari sarang penyamun..nek pas ada,pasti dapet jatah ngepel juga ne...hihihihi

akunamasao mengatakan...

wahahha.. lagian itu masih gelaps gulitah.. jadi kamu ga bakalan pas maen..
nek pas maen paling tak suruh ngasi semangat aja.. plus tak kon masak!!! :p

Radhen Kalilawang mengatakan...

hahahahahah.... tapi aku weruh'e koyo omah susun... hwuheheheheh... piss [tapi emang bener kan?]

ya untung bae apikan mas, ra koyo nasib TKI.. sing di setrika raine, digunting lambene..hergrgrgrg ngeri tok isine....:(

Jepara Furnicraft mengatakan...

hehe, ya emang mirip rumah susun (susun bukan nama orang, soale susun kui omae Pwd, adine Sumi. lho?) ...


he em, karna apikan kui sing marai kita pekewuh.. hihiih..

Posting Komentar

baiknya anda menggunakan browser mozilla
makasih telah membuang waktu anda mampir kesini.. :)