Rabu, Februari 17, 2010

ALEXANDRIA



Pintu Gerbang Kota Alexandria


Alexandria atau Iskandariyah, adalah kota terbesar kedua di Mesir setelah Kairo. Dibangun oleh Alexander The Great atau Iskandar Zulkarnain dari Romawi pada tahun 332 SM. Kota pelabuhan yang pernah menjadi ibukota Mesir selama 1000 tahun ini, disamping alam dan panoramanya yang sangat indah, kota ini juga diarsiteki oleh seorang ahli tata kota terkenal asal Yunani, Denokrates. Sebelum mendirikan kota Alexandria, Alexander adalah penguasa Macedonia atau sekarang terkenal dengan Greece (sebelah utara Yunani).


Perpustakaan Alexandria


Biblioteka Alexandrina

Sebagai kota tua, sudah pasti banyak jejak sejarah yang terukir di Alexandria. Salah satu yang sangat mengagumkan adalah perpustakaannnya. Perpustakaan ini didirikan pada tahun 323 SM oleh Ptolemi I. Penguasa yang digelari Soter ini adalah panglima militer yang sangat mencintai ilmu. Hingga masa Ptolemi III, sekitar 700.000 buku tersimpan di perpustakaan Alexandria. Di Alexandria ini pula, Euclides, Archimedes, Erathostenes, dan ilmuwan-ilmuwan besar lainnya yang meletakkan dasar pengetahuan bagi umat manusia pernah menghabiskan sebagian hidupnya.

Perkembangan ilmu yang pesat di Alexandria terhenti ketika Julius Caesar menyerang Mesir pada 48 SM. Perpustakaan Alexandria dibakar, dan tak kurang dari 400.000 buku hangus menjadi abu. Belakangan, Caesar meminta maaf atas kelakuan barbar tentaranya membakar perpustakaan tersebut, dan menghadiahkan 200.000 buku yang dikirim dari Roma kepada Ratu Cleopatra (penguasa saat itu). Setelah pembakaran tersebut, perpustakaan Alexandria tak terurus lagi. Baru pada tahun 1990-an, UNESCO bersama dengan Pemerintah Mesir membangun kembali perpustakaan pertama di dunia itu, Bibliotheca Alexandrina.

Sekarang, perpustakaan Alexandria masih berdiri megah, dan menjadi salah satu perpustakaan terbesar dan termodern di dunia. Disana tersimpan jutaan buku dari berbagai disiplin ilmu, 500 komputer untuk mengakses literatur secara digital, dan ruang baca yang menampung 1.700 orang. Di halaman depan perpustakaan dipajang patung kepala Alexander The Great, sebagai sebuah penghormatan kepada pendiri kota itu. disamping perpustakaan juga terdapat planetarium.

Benteng Qait Bay (Qaitbey Citadel)


Benteng Qaitbey

Karena posisi Alexandria yang berada di semenanjung laut mediterania. Saat itu Denokrates merancang kota tersebut sedemikian rupa sehingga dibangunlah penahan gelombang, dan juga menara / mercusuar setinggi kurang lebih 125 meter (konon tingginya antara 115 – 150 meter) dan memiliki 300 kamar bawah tanah untuk para pekerja. Mercusuar Pharos ini merupakan salah satu dari tujuh keajaiban dunia kuno saat itu. Namun pada akhirnya menara ini runtuh karena adanya gempa pada tahun 1303 dan 1323.

Pada masa kekuasaan Mameluk (Mamalik) abad ke 15 atau tahun 1479 M, al-Asyraf Saif al-Din Qait Bay al-Zerkasy al-Zahiry membangun sebuah benteng diatas reruntuhan mercusuar Pharos, benteng itu biasa disebut Qaitbey Citadel sesuai nama pembuatnya. Setelah pembangunan kembali kota Alexandria populasi penduduk saat itu sangat pesat, mencapai 300.000-an jiwa. Sebagian besar penduduk kota terdiri dari Pribumi, pendatang dari Yunani dan Yahudi.

Beberapa penguasa yang pernah menguasai kota ini merawat benteng tersebut dengan baik. Ketika Turki Usmani menguasai Mesir (1517 M), mereka menguasai segala bidang dan merawat benteng ini dengan baik. Begitupula saat Napoleon (1789 M) melakukan ekspedisi ke Mesir, mereka menguasai benteng dan mendirikan camp pasukan lengkap dengan persenjataannya. Kemudian pada masa kekuasaan Mohammad Ali (1805 M) benteng ini direnovasi dan dilengkapi dengan senjata paling modern pada masa itu.

Tetapi, pada tahun 1882 M armada Inggris membombardir selama 3 hari kota Iskandariyah hingga menyebabkan kerusakan parah pada benteng. Namun kemudian Raja Farouk memerintahkan untuk merenovasi kembali benteng tersebut. Hingga sekarang, benteng ini sudah mengalami beberapa kali renovasi.

Masjid dan Makam Abul Abbas al-Mursi


Masjid Abul Abbas al-Mursi

Imam Sihabuddin Abul Abbas Ahmad bin Umar bin Muhammad al-Anshari al-Mursi adalah nama lengkap dari Abul Abbas al-Mursi. Sufi terkenal, juga sholeh dan memiliki banyak Karomah itu lahir di daerah Marsiyyah (al-Mursi) Andalus, Spanyol 616 H/1219 M. Ayah beliau adalah saudagar kaya meninggalkan Spanyol pada tahun 640 H/1242 M bersama keluarganya untuk beribadah haji. Namun, dalam perjalanan kapal yang ditumpanginya terkena gelombang di pesisir Barnih, banyak korban meninggal termasuk kedua orangtuanya.

Abul Abbas dan saudaranya melanjutkan perjalanan menuju Tunis untuk berdagang, untuk meneruskan kiprah ayahnya. Suatu malam beliau bermimpi bertemu seorang Syeikh duduk bersila, mengenakan jubah hijau dan diapit dua orang laki-laki. Kemudian dia berkata; “..aku telah menemukan penggantiku sekarang!..” dan pada pagi harinya Abul Abbas diajak seseorang menemui Syeikh Abu al-Hasan al-Sadzily (pendiri tarekat Syadziliyyah). Abul Abbas heran melihatnya, karena Syeikh tersebut merupakan sosok yang beliau temui dalam mimpi. Abul Abbas semakin takjub tatkala Syeikh as-Sadzily berkata ; “..aku telah menemukan penggantiku sekarang!..”. persis seperti dalam mimpinya.

Semenjak kejadian tersebut, Abul Abbas selalu mendapat wejangan-wejangan dari Abu al-Hasan as-Sadzily dan menjadi salah satu murid terbaiknya. Kemudian dinikahkan dengan putri as-Sadzily, dan dikaruniai dua putri dan seorang putra. Setelah as-Sadzily wafat beliau dipercaya sebagai pemegang kendali khalifah untuk meneruskan perjuangan dan ajarannya.

Abul Abbas tinggal di Iskandariyah selama 43 tahun, sampai akhirnya beliau meninggal di sana pada tahun 686 H atau 1286 M. Selama hayatnya, beliau mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, khususnya ilmu Tasawuf. Beliau dimakamkan disebuah bangunan kecil dekat pelabuhan Alexandria, yang kemudian diatasnya dibangun sebuah masjid.

Masjid Abul Abbas al-Mursi adalah masjid yang paling bersejarah dan juga paling indah di Alexandria. Masjid ini dibangun pada tahun 1775 M diatas makam Imam al-Mursi. Maka dari itu masjid ini dinamai dengan nama sang Imam.


Makam Abul Abbas al-Mursi
berada dibawah Masjid

Masjid dan makam ini telah mengalami beberapa kali perbaikan dan renovasi. Pada 1307 M, Syeikh Zainuddin Ibnu Qaththan, salah seorang pedagang terkaya dari Alexandria, mengunjungi makam. Kemudian ia membiayai pemugaran dan pembangunan makam dan masjid. Makam Abu al-Abbas menjadi tempat ziarah bagi banyak umat Islam dari Mesir dan Maroko yang melewati Iskandariyah dalam perjalanan mereka ke dan dari Mekah.

Kemudian pada tahun 1477 M. Gaqmas al-Zahri, seorang gubernur Alexandria kembali merenovasi bangunan Masjid dan Makam tersebut. Selanjutnya pada tahun 1596 M, masjid ini diperluas oleh seorang Syeikh bernama Abul Abbas al-Khurzemy dan beliau juga dimakamkan di samping Imam Abul Abbas. Setelah mengalami beberapa kali perbaikan. Disamping masjid ini terdapat pula masjid Imam Busairi, seorang alim yang mengarang Qosidah Burdah. hingga sekarang masjid Abul Abbas al-Mursi masih berdiri megah dan menjadi salah satu tujuan utama wisata di kota Alexandria.



*akunamasao; disarikan dari berbagai sumber.

0 Komentar:

Posting Komentar

baiknya anda menggunakan browser mozilla
makasih telah membuang waktu anda mampir kesini.. :)