Rabu, Juli 21, 2010

Siwa; Kota Tua Penuh Sejarah (1)



Hammam Roml, Tempat Pengobatan Alternatif

Salah satu cita-cita saya ditahun terakhir adalah menggenapi penjelajahan Negeri Seribu Menara dari ujung satu ke ujung yang lain, setelah pada awal April lalu saya berhasil menziarahi kota Aswan untuk yang kedua kali, Aswan adalah ujung Mesir yang bersebelahan dengan perbatasan Sudan. Alhamdulillah (17-18-19) Juli ini saya bisa menjelajah bagian Mesir yang lain, kota Siwa - Matrouh yang berbatasan dengan gurun Libya.




Miniatur Siwa lama, Shali Qodimah 1900

Siwa merupakan salah satu kota tua di Mesir yang mempunyai sejarah panjang. disini terdapat berbagai peninggalan kuno dari zaman yang telah lewat beberapa ratus tahun silam. kota Siwa, merupakan sebuah kota kecil yang religius juga masih kuat menjaga adat dan budayanya, seratus persen penduduk Siwa memeluk agama Islam. 752 kilometer dari Kairo dan termasuk wilayah propinsi Matrouh.

Penduduk Siwa memiliki bahasa sendiri, bukan bahasa arab Ammiyah bukan pula Fusha sebagaimana di Aswan yang juga terdapat suku Nubiyyah yang mempunyai bahasa sendiri, Nubiyyah. keramahan penduduk Siwa tak terbantahkan, kejujuran penduduknya patut diacungi jempol, hal ini bisa dibuktikan dari kejahatan yang sama sekali tak pernah terjadi di tempat ini.



Di Atas Shali

Suatu hari, segerombol kawan datang ke Siwa dengan bekal yang seadanya, saat hendak mengambil uang di ATM (disini hanya ada satu Bank) ternyata ATM tersebut sedang kosong, dan baru akan diisi siang hari. padahal saat itu kebutuhan sangat mendesak. jika tidak ada uang dipastikan dia tidak bisa mengikuti Safari Gurun dan Oase. walhasil kebaikan dan kepercayaan orang Siwa terbukti dengan memberikan pinjaman sejumlah uang yang cukup banyak dan akan diganti kelak jika ATM sudah berisi uang. sebegitu percayanya penduduk Siwa terhadap orang asing?

Anda akan terheran-heran jika menemukan kota Siwa yang sepi kaum perempuan keluar rumah, di jalan-jalan, di pasar-pasar tak ada satupun sosok perempuan. karena memang adat disini, Ibu adalah Madrasah, jadi mereka tidak membiarkan kaum perempuan keluar rumah, kalaupun keluar pastinya dengan seorang muhrim dan dengan mengenakan pakaian yang menutup seluruh anggota badan dengan gamis dan cadar yang mempunyai ciri khas tersendiri.
adapun adat dalam pernikahan disini cukup unik, yaitu dengan memilih atau meminang (mengkhitbah) perempuan ketika mereka masih berumur sekitar 10 tahun. kemudian akan dinikahi pada 10 tahun kemudian.

Undang-undang disini cukup unik, salah satunya "kamu boleh memakan apa saja yang ada dikebun, tapi tidak boleh membawa pulang". maklum saja, Siwa termasuk kota yang subur dan makmur, sebagian wilayahnya dikelilingi oleh laut dan sebagian lain hamparan gurun pasir. meskipun disini masih terlihat pedesaan, namun mempunyai potensi yang sangat besar, diantaranya mata air yang tersebar diberbagai wilayahnya lebih dari 1000 mata air kecil dan besar. dan hal ini bisa kita ketahui dari banyaknya air mineral yang beredar di Mesir, sebagian besar bersumber dari mata air Siwa.



Melompat... BYURRR...
jan ndeso tenan...

Salah satu mata air yang banyak dikunjugi adalah Mata Air Kleopatra, sebuah mata air yang berada ditengah-tengah belahan hutan kurma. sebuah kubangan air jernih, dengan kedalaman lebih dari 10 meter. ketika kami sampai pada tempat ini, disini sudah banyak anak-anak pribumi yang sedang mandi dan bermain air, melihat kondisi yang demikian, kontan saja beberapa anggota rombongan langsung meloncat kegirangan. seperti tak pernah melihat air jernih.



Sebuah Masjid Kuno di Shali

Potensi lain dari kota Siwa adalah peninggalannya, disini terdapat sebuah tempat peribadahan Fir'aun zaman dulu kala, biasa dikenal Ma'bad Amun. Ma'bad sendiri terbagi menjadi dua, Ma'bad Wahyi dan Ma'bad biasa (saya lupa). Ma'bad Wahyi hanya ada dua di Mesir, di Aswan Ma'bad Edfu dan di Siwa Ma'bad Amun.
yaitu sebagai kiblat pengikutnya seperti halnya umat Kristen Katolik yang berpusat di Roma, dan umat Islam yang berpusat di Ka'bah, Makkah.

Disamping Ma'bad Amun yang saat ini hanya tinggal reruntuhannya, Siwa juga memiliki sebuah desa yang dibangun dari garam pasir dan bebatuan, jika dari kejauhan mirip istana pasir. konon tempat yang bernama "Shali Qodimah" ini dahulunya adalah tempat dimana umat Islam menyendiri (mengasingkan) dikarenakan saat itu penguasa yang memerintah adalah Fir'aun yang notabene bukan beragama Islam. di Shali Qodimah ini terdapat sebuah Masjid yang juga terbuat dari bahan yang sama. beberapa cerita mengatakan bahwa tempat ini dahulu masih digunakan hingga kemudian pada tahun 1900 tempat ini dikosongkan.
masih di kompleks Shali, terdapat pula gunung batu yang juga dikelilingi rumah-rumah dari pasir. dari atas Shali Qodimah, kota kecil Siwa bisa terlihat dengan jelas seluruh wilayah Siwa.



Jabal Dakrur..

Tempat lain yang kami kunjungi adalah Jabal Ad-Dakrur, yaitu gunung batu yang dibawahnya terdapat bangunan permanen dengan tangga yang cukup tinggi, konon pada bulan Oktober ditempat ini semua masyarakat berkumpul saling bertegur sapa, dan jika ada masalah akan diselesaikan disini. kekerabatan masyarakat sangat tinggi, tenggang rasa dan saling menghormati.



Melompat 'katrok' di Lautan Garam

Setelah dari Jabal Ad-Dakrur, kami melanjutkan perjalanan menyambangi lautan garam, dimana sejauh mata memandang terhampar Garam yang masih sedikit ber-air, seperti tambak garam di daerah pesisir pantura. tapi disini lebih luas dan tanpa batas.

Selanjutnya Hammam Romel atau Kamar Mandi Pasir, ada beberapa Hammam Romel yang kita jumpai disini. Hammam Romel adalah salah satu pengobatan alternatif untuk menghilangkan penyakit tertentu dengan mengubur seluruh bagian tubuh kecuali kepala. dalam keadaan panas antara 40 - 45 derajat celcius, tubuh pasien ditanam selama 10 - 15 menit didalam pasir kemudian setelah itu berteduh di kemah yang telah disediakan.
konon, pengobatan ini terbukti mujarab dan manjur menghilangkang penyakit dan virus-virus. lhawong udaranya saja panasnya kayak gitu, apalagi didalam pasir..



Cara Pengobatannya.. dikurbur dalam pasir panas..

Disini saya dan hanya beberapa teman yang kebetulan bisa menyaksikan langsung prosesi pengobatan Hammam Romel. tidak lain karena saya dan empat orang lainnya yang paling akhir hendak kembali ke bus dan oleh Sang Syeikh kami disuruh melihat bagaimana prosesnya.
Walhasil, kami berhasil mengabadikan momen tersebut dengan kamera hp untuk beberapa saat.

Selanjutnya kami kembali ke penginapan untuk bersiap-siap Safari Oase sore hari.

Bersambung....

2 Komentar:

unie mengatakan...

hiks...pengen mono :D

Jepara Furnicraft mengatakan...

mreneoo... wahahha

Posting Komentar

baiknya anda menggunakan browser mozilla
makasih telah membuang waktu anda mampir kesini.. :)